10 January 2007

PITI Harus Satukan Potensi Etnis Tionghoa

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) diharapkan tidak sekadar menjadi wadah payuguban Tionghoa Muslim di Indonesia. ''PITI harus menyatukan seluruh potensi etnis Tionghoa yang ada di Indonesia, baik Muslim maupun non-Muslim, sehingga menjadi kekuatan yang besar dan bermanfaat bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan,'' kata Wakil Ketua MPR, M Aksa Mahmud, saat meresmikan kantor pusat PITI di Jalan Hayam Wuruk 100-L, Jakarta, Ahad (3/12).

Hadir pada kesempatan tersebut, antara lain Wakil Ketua MPR, AM Fatwa; wakil dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Dr Muhammad Sidik; dan Direktur Urusan Agama Islam, Ditjen Bimas Islam, Depag, Ahmad Jauhari. Sejumlah dai Tionghoa juga hadir, antara lain Ustad Alifuddin El-Islamy yang tampil memberikan tausiyah.

Aksa yang juga Dewan Penasehat PITI menyebutkan, sampai saat ini banyak anggota masyarakat etnis Tionghoa yang masih merasa ada perbedaan dengan orang-orang Indonesia lainnya, begitu pula sebaliknya. ''Tugas PITI adalah bagaimana caranya membuat orang-orang Tionghoa tidak merasa lagi ada perbedaan dengan orang-orang Indonesia lainnya. Seperti orang-orang keturunan Arab, Pakistan dan India, misalnya, mereka tidak merasa berbeda dengan orang-orang Indonesia lainnya,'' tandasnya.

Aksa menegaskan, pada dasarnya, kalau memang dirangkul, orang-orang etnis Tionghoa itu mau bahu-membahu. Contohnya PITI Makassar, Sulawesi Selatan. ''Ketika kami mengumpulkan semua etnis Tionghoa yang ada di Makassar, ternyata mereka semuanya, baik Muslim maupun non-Muslim, menyatakan siap membangun Masjid Cheng Ho di Makassar,'' ujarnya.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PITI HM Trisno Adi Tantiono mengemukakan sebetulnya PITI merupakan organisasi yang sudah cukup tua. PITI didirikan tahun 1961, namun mengalami pasang surut, antara lain karena faktor politik. ''Tahun 2000 PITI bangkit kembali, dan kami harapkan seterusnya bisa makin berkembang. Selain didukung oleh keberadaan pengurus di seluruh wilayah Indonesia, juga ditandai dengan kehadiran Masjid Cheng Ho di tiap-tiap ibukota provinsi,'' tutur Trisno Adi Tantiono.

Saat ini sudah ada beberapa Masjid Cheng Ho yang sudah dan akan dibangun, antara lain di Surabaya, Demak, Palembang, dan Makassar. ''Justru, di ibukota Jakarta, kami belum membangun Masjid Cheng Ho. Kami berharap dapat segera memperoleh tanah yang cocok dan dana yang memadai untuk membangun Masjid Cheng Ho Jakarta,'' tandas Trisno.

(ika )

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=274801&kat_id=352

No comments: